Jumat, 18 Maret 2011

KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL


A.   KONFLIK

1.    Pengertian konflik
Konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Suatu konflik atau pertikaian ditanda dengan pertentangan antara dua pihak yang mempunyai perbedaan-perbedaan dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola, dan perilaku. Pertentangan juga ditandai dengan keinginan menghancurkan/menyakiti pihak lawan


2.    Faktor-faktor Penyebab Konflik Sosial

a.    Perbedaan individu
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan antarindividu dimaksudkan untuk saling mengisi kekurangan masing-masing orang yang terlibat di dalam suatu proses social.

b.    Perbedaan latar belakang kebudayaan
Orang dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Seseorang akan cenderung bersifat kurang mandiri, menghargai orang lain, bersahabat dan tidak individualis. Dalam lingkup yang lebih luas, masing-masing kelompok kebudayaan memiliki nilai-nilai dan norma-norma social yang berbeda-beda ukurannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mendatangkan konflik sosial, sebab criteria tentang baik-buruk, sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas atau bahkan berguna atau tidak bergunanya sesuatu, baik itu benda fisik maupun nonfisik, berbeda-beda menurut pola pemikirkan masing-masing yang didasarkan pada latar belakang kebudayaan masing-masing.

c.    Perbedaan kepentingan
Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan ang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antarkelompok atau antara kelompok dengan individu.
d.    perubahan-perubahan nilai yang cepat
perubahan nilai terjadi di setiap masyarakat. Artinya nilai-nilai sosial, baik nilai kebenaran, kesopanan, maupun nilai material dari suatu benda mengalami perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, akan menyebabkan konflik sosial. Suatu konflik mempunyai kecenderungan atau kemungkinan untuk mengadakan penyesuaian kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu maupun bagian-bagian kelompok tersebut. 


3.   Situasi-situasi Pemicu Konflik

a.    Konflik dengan orang tua sendiri
Terjadi sebagai akibat situasi-situasi hidup bersama dengan orang tua. Pengharapan-pengharapan orang tua dan kewajiban-kewajiban seorang anak kepada kedua orang tuanya sulit sekali dijalankan bersamaan secara serasi.

b.    Konflik dengan anak-anak sendiri
Terjadi misalnya setelah orang tua mengetahui tingkah laku anak yang tidak cocok dengan harapannya. Menurut beberapa penelitian, konflik seperti ini juga berakibat pada hubungan-hubungan sosial yang lain.

c.    Konflik dengan sanak keluarga
Pada masa kanak-kanak dan remaja dapat timbul konflik, terutama dengan kakek, nenek, paman atau bibi yang ikut dalam proses pendidikan anak.

d.    Konflik dengan orang lain
Timbul dalam hubungan sosial dengan teman, tetangga, teman sekerja, dan orang-orang lain di lingkungannya. Karena adanya perbedaan pendirian atau pendapat antara anggota-anggotanya masyarakat mengenai suatu hal.

e.    Konflik dengan suami atau dengan istri
Kesulitan-kesulitan dalam perkawinan, pertentangan-pertentangan kecil mengenai persoalan hidup sehari-hari atau perselisihan yang dalam mengenai persoalan hidup atau tujuan hidup dapat memicu terjadinya konflik antara suami dan istri

f.     Konflik di sekolah
Berbagai macam konflik di sekolah antara lain berupa tidak dapat mengikuti pelajaran, tidak lulus ujian, persoalan hubungan antara guru dengan murid, atau persoalan kedudukan di antara teman-teman sebaya dalam kelas

g.    Konflik dalam pemilihan pekerjaan
Timbul dari sifat pekerjaan sendiri

h.    Konflik agama
Berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat dan tujuan hidup, aturan-aturan yang bertentangan dengan agama, pindah dari suatu agama ke agama lain, menikah dengan orang yang berbeda agama, dan lain-lain.

i.      Konflik pribadi
                      Timbul karena minat yang berlawanan, tidak ada keuletan, atau tidak ada 
                       kemampuan untuk mengembangkan diri dan meluaskan hidup
 
             4. Dampak-dampak konflik 

Segi positif suatu konflik :
a.    Memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau  masih belum tuntas ditelah.
b.    Memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma dan nilai serta hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau kelompok.
c.    Jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
d.    Dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma baru 
e.  Dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat.

Akibat-akibat dari suatu konflik sosial :
a.    Meningkatan solidaritas sesame anggota kelompok ( in-group solidarity) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
b.    Keretakan hubungan antarindividu atau kelompok.
c.    Perubahan kepribadian para individu.
d.    Kerusakan harta benda dan bahkan hilangnya nyawa manusia. 
e. Akomodasi, dominasi, bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam pertikaian.

        Tertib sosial ditandai oleh tiga hal :
a.    Terdapat suatu system nilai dan norma yang jelas
b.    Individu atau kelompok di dalam masyarakat mengetahui dan memahami norma dan nilai sosial yang berlaku.
c.    Individu atau kelompok dalam masyarakat menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku.


KONFLIK DAN KEKERASAN

1.    Pengertian kekerasan
Kekerasan adalah konflik-konflik sosial yang tidak terkendali oleh masyarakat atau mengabaikan sama sekali norma dan nilai-nilai sosial yang ada sehingga berwujud tindakan merusak

Tiga syarat agar konflik tidak menjadi kekerasan :
a.    Masing-masing kelompok menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka dan perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadilan secara jujur
b.    Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dilakukan apabila berbagai kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisasi dengan jelas
c.    Setiap kelompok yang terlibat di dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan permainan tertentu.

Ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial :
a.    Konsiliasi
Konsiliasi merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang utama.
b.    Mediasi
Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilaksanakan apabila kedua belah pihak yang terlibat konflik bersama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ketiga yang akan memberikan nasehat-nasehatnya tentang bagaimana mereka sebaiknya menyelesaikan pertentangan mereka.
c.    Arbitrasi
                       Dilakukan apabila kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaiakan konflik yang terjadi di antara mereka.
 
Ketiga jenis pengendalian konflik di atas memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya ledakan-ledakan sosial dalam bentuk kekerasan.
 
                       2.   Teori-teori kekerasan
   
                       a. Teori faktor individual
                      Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh individu adalah agresivitas yang dilakukab oleh individu secara sendirian, baik secara spontan maupun direncanakan, dan perilaku kekerasan yang dilakukan bersama orang lain.
                       b.    Teori faktor kelompok
                       Muncullah kelompok ahli yang mengemukakan pandangan lain yaitu individu membentuk kelompok dan tiap-tiap kelompok memilik identitas kelompok. Identitas kelompok yang sering dijadikan alasan pemicu kerusuhan adalah identitas rasial atau etnik.
                       c.    Teori dinamika kelompok
                      1.    Teori deprivasi relative
                      2.    Teori kerusuhan massa
                       d.    Teori alternatif
                      1.    Teori lingkungan sosial
                      2.    Teori individual
                                              3.  Teori ideologi

A.   INTEGRASI SOSIAL

1.    Pengertian Integrasi Sosial

Integrasi sosial mengandung dua pengertian :
Pengendalian konflik dan penyimpangan dalam suatu system sosial, dan menyatukan unsur-unsur dalam masyarakat yang beranekaragam.

                  Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan masyarakat.

2.    Syarat-syarat integrasi sosial

a.    Anggota-anggotanya masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya.
b.    Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi satu dengan lainnya, termasuk menyepakati hal-hal yang dilarang menurut kebudayaannya. 
c. Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten serta tidak mudah mengalami perubahan sehingga dapat menjadi aturan baku dalam melangsungkan proses interaksi sosial.

3.    Bentuk-bentuk integrasi sosial

a.    Asimilasi
Asimilasi merupakan proses sosial tahap lanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara individu atau kelompok dalam masyarakat.
b.    Akulturasi
                       Akulturasi merupakan proses perubahan yang ditandai dengan terjadinya penyatuan dua kebudayaan yang berbeda.
 
4.    Faktor-faktor pendorong integrasi sosial

a.    Homogenitas (kesamaan) kelompok
Integrasi sosial akan mudah dicapai apabila tingkat kemajemukan suatu masyarakat itu kecil atau masyarakat berusaha untuk memperkecil keanekaragaman tersebut.
b.    Besar kecilnya kelompok
Kelompok-kelompok kecil akan mempercepat proses integrasi sosial dan biasanya melakukan hubungan-hubungan primer yang intensif sehingga komunikasi dan tukar menukar budaya akan semakin cepat terjadi. Kelompok besar umumnya lebih majemuk. Kemajemukan ini menyebabkan penyesuaian nilai-nilai dan unsur-unsur kebudayaan yang berbeda menjadi sulit untuk dilakukan.
c.    Mobilitas geografis
Penduduk yang dating atau keluar dengan sendirinya akan menyesuaikan diri dengan keadaan sosial budaya masyarakat yang ditujunya. Penyesuaian diri dengan keadaan sosial budaya di lingkungan yang baru merupakan proses integrasi
d.    Efektivitas dan efisiensi komunikasi
                         Komunikasi yang berlangsung di dalam masyarakat akan mempercepat integrasi sosial. Semakin intensif komunikasi dan integrasi yang dilakukan, akan mendorong dan mempercepat integrasi sosial.